Kamis, 19 April 2012

Soekarwo bersikeras prostitusi di Jatim harus dibubarkan

Soekarwo bersikeras prostitusi di Jatim harus dibubarkan

PSK. merdeka.com/shutterstock

Reporter: Moch. Andriansyah

Gubernur Jawa Timur, Soekarwo bersikeras menutup tempat-tempat prostitusi dan memulangkan para pekerja seks komersial (PSK) ke daerahnya masing-masing. Rencana Kementerian Sosial melokalisir tempat-tempat prostitusi di Jawa Timur ditolak.
"Silakan Pak Dirjen mewacanakan relokasi. Tapi di sini (Jawa Timur) enggak. Mereka pulang mau, dilatih mau, kenapa perlu dilokalisir," ujar Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, Kamis (19/4).
Seperti diketahui, pihak Dirjen Rehabilitasi Kemensos mewacanakan merelokasi tempat-tempat prostitusi ke pulau tak berpenghuni atau di atas kapal pesiar seperti Genting Island di Malaysia. Nantinya tempat itu menjadi pusat kawasan perjudian dan prostitusi.
Namun, menurut Pakde Karwo biasa Soekarwo disapa tidak perlu ada relokasi kawasan prostitusi seperti itu di Jawa Timur. Para PSK sendiri katanya, sudah bersedia untuk pulang dan berhenti dari dunia pelacuran.
"Yang perlu dilakukan adalah mencari solusi untuk akar persoalan para PSK. Melalui pendekatan yang selama ini dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur. Masalah ekonomi itu menjadi masalah utama PSK enggan meninggalkan dunianya," jelasnya.
Selain itu, masalah sosial juga dialami para PSK. Stigma negatif sering melekat sehingga masyarakat tidak mau menerima. Ini pun tetap dicarikan solusi. "Kalau masalahnya ekonomi, ya dicarikan solusi ekonomi. Kalau masalah sosial, ya supaya mereka kembali bisa diterima," katanya.
Hingga saat ini, Pakde Karwo mengaku, tengah gencar memberantas prostitusi dan mengentaskan para PSK. Dari 7.000 PSK yang ada di Jawa Timur, 700 orang di antaranya sudah berhasil dipulangkan.
Sementara itu, komitmen Pakde Karwo ini juga mendapat apresiasi dari masyarakat Surabaya, yang lebih mengenal lokalisasi Dolly. Menurut Deny Tri Aryanti ini misalnya. Perempuan yang bergelut di seni teater ini sepakat dengan ide Pakde Karwo untuk menutup lokalisasi. Namun, kata dia, harus ada pemecahan masalah secara kongkrit, tidak hanya sekadar ditutup saja.
"Ya kalau cuma ditutup tanpa solusi sama juga bohong. Meski PSK-nya dikasih duit kalau masalah utama tidak diberantas ya sama saja. Mereka dikaryakan, dididik agar bisa menjadi mandiri tanpa harus menjual tubuh," katanya.
Menurutnya, persoalan para PSK itu sangat komplek. Bukan hanya masalah sosial, tapi masalah ekonomi juga yang menjadi penyebab terjerumusnya para PSK itu ke dunia hitam.
"Masalah itu yang harus menjadi fokus utama, jadi tidak sekadar menutup tanpa solusi. Kasihan dong mereka kalau harus ditutup terus tidak berpenghasilan. Lah mereka terus makan pakai apa? Apalagi di kota besar, uang menjadi jawaban dari semua persoalan," pungkas dia.[did]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar