Minggu, 26 Agustus 2012

Disdukcapil Kota Bandung Lakukan Razia KTP Pemudik di Lokasi PSK

BANDUNG, (PRLM).- Petugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Bandung melakukan pengecekan identitas terhadap pemudik yang baru tiba di Terminal Cicaheum, Leuwipanjang, Stasiun Besar Kereta Api Kebon kawung dan Stasiun Kereta Api Kiaracondong pada Minggu (26/8/12). Sementara sebelumnya, Sabtu malam, petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan jajaran kepolisian melakukan razia pekerja seks komersial (PSK) di sejumlah titik yang dijadikan tempat mangkal PSK.

Petugas Disdukcapil yang melakukan pengecekan identitas itu dibagi dalam empat tim, tim pertama bergerak di Cicaheum. Petugas langsung menghampiri bis-bis yang baru tiba di terminal Cicaheum dan langsung menanyakan ke penumpang yang baru saja turun dari bis.

Begitu pintu dibuka dan penumpang turun, petugas langsung meminta mereka mengeluarkan kartu identitasnya seperti KTP atau surat identitas lainnya. Sebagian penumpang merasa kaget diperlakukan seperti itu, namun setelah mendapat penjelasan dari petugas, akhirnya para penumpang menurutinya.

Bagi warga ber-KTP Kota Bandung, mereka langsung dibolehkan meninggalkan lokasi. Sementara bagi yang ber-KTP di luar Kota Bandung, mereka langsung didata di salah satu sudut terminal. Di sana, mereka didata oleh beberapa petugas untuk kepentingan pendataan arsip kependudukan. Setelah didata, mereka diperbolehkan meninggalkan lokasi. Selain didata, mereka diberi informasi apa saja yang harus ditempuh jika ingin menetap di Kota Bandung.

Heni (34), salah seorang penumpang bis, saat turun dari Bis jurusan Tasikmalaya-Bandung, mengaku merasa kaget karena didekati petugas. Ia diminta mengeluarkan kartu identitas dan digiring petugas ke meja pendataan Disdukcapil. Namun kekagetan dia langsung hilang, karena petugas hanya menanyakannya kartu identitas. "Saya baru 1 tahun di Kota Bandung ikut suami yang kerja disini," kata Heni yang tinggal di Kosambi.

Ia mengaku belum mengurus kepindahannya dari Tasikmalaya ke Bandung. "KTP saya masih Tasikmalaya, belum Bandung. Rencananya saya mau bikin karena memang kan baru satu tahun disininya," tutur Heni.

Hal serupa diakuio Abdul asal Garut. Ia mengaku datang ke Bandung untuk bekerja. "Saya di Bandung tinggal dengan saudara, disini kerja ada proyek yang sedang dikerjakan,' ujar Abdul yang tinggal di daerah Cikutra.

Meski bekerja, namun petugas meminta abdul untuk lapor pada RT/RW dan mengurus surat keterangan tinggal sementara. Pengurusan surat-surat kpendudukan ini pun gratis asal dilakukan sendiri, tanpa meminta bantuan orang lain.

Kepala Disdukcapil Kota Bandung Meivy Adha Krisnan, mengatakan pihaknya melakukan sosialisasi pada pemudik pada pra dan pasca lebaran. Untuk pra lebaran, dilakukan pada H-3 dan pasca Lebaran pada H+6 atau Minggu (26/8/12). "Hari ini kan puncaknya arus balik, karena karyawan yang kerja besok (hari ini, red) sudah pada masuk kerja. Jadi kita gelar pengawasan administrasi ini hari ini (kemarin, red)," katanya.

Dalam kegiatan ini, kata Meivy, petugas mengecek kartu identitas para penumpang yang tiba di terminal cicaheum. Para petugaslah yang aktif mendatangi bis-bis yang tiba di terminal dan menanyakan kartu identitas para penumpang. Selain Cicaheum, kegiatan serupa pun dilakukan di terminal Leuwipanjang, Stasiun Bandung dan Stasiun Kiaracondong. "Hanya dilihat identitasnya, kalau yang tak ber-KTP Bandung kita data dan beri penjelasan," katanya.

Diharapkanya, warga yang sdatang ke Kota Bandung taat dan mematuhi aturan kependudukan yang ada di kota ini. "Kami harap mereka menyadari, karena bagaimanapun administrasi kependudukan itu sangat penting," katanya.

Kasi Pengawasan dan Yustisi Disdukcapil Kota Bandung Taspen Effendi mengatakan kegiatan ini merupakan pengawasan bagi para pendatang dari luar Kota Bandung. Karena bagaimana pun mereka harus memenuhi persyaratan, terutama melengkapi identitas bila tinggal di Kota Bandung.

"Pemudik biasanya pada saat kembali ke Kota Bandung membawa saudara atau kerabatnya, makanya selain diperiksa identitasnya, juga ditanya mengenai tujuan mereka ke Bandung, kalau tidak ada tujuan lebih baik pulang lagi," ujarnya saat dihubungi, Minggu (26/8/12).

Menurut Taspen, pengecekan identitas di Terminal Cicaheum dilakukan kepada 114 orang, kemudian di Stasiun Besar Bandung 30 orang dan di Terminal Leuwipanjang. Sedangkan pelaksanaan pengecekan identitas di Stasiun kereta api Kiaracondong dilakukan sore hingga malam hari. "Untuk di Kiaracondong, dilakukan pada sore hingga malam hari, jadi belum ada data pastinya," katanya. (A-113/A-108)***

Siswi SMP Sangatta tewas di kompleks PSK

PSK dolly Sangatta (ANTARA News) - Seorang gadis berusia 14 tahun, pelajar SMP Negeri 1 Sangatta Selatan Kabupaten Kabupaten Kutai Timur Kalimantan Timur, ditemukan tewas di Wisma Sangatta Kompleks PSK Kampung Kajang, RT 04 nomor 19 dusun Sendawar desa Singa Geweh, Minggu pagi.

Gadis yang bernama Oni Aprilia Putri ditemukan salah satu pelayan PSK Maya Rustandi (32 tahun) sudah  tidak bernyawa dengan kondisi mulutnya berbusa dan beberapa lembar plastik menempel di mulutnya.

Putri panggilan korban yang merupakan anak sulung dari pemilik wisma Sangatta, Lestari (55 tahun), diduga tewas karena mengalami over dosis setelah mengkonsumsi lem jenis rajawali, kata Kapolser Kutai Timur, AKBP Budi Santoso melalui Kasat Reskrim Itpu Zakir Arman, Minggu.

Saat ditemukan, posisi korban kaku dan mulut berbusa.

Saat tim identifikasi dari Polsek dan Polres tiba di TKP, mayat korban sudah dipindahkan ke ruang umum, namun mulutnya masih berbusa.

Dari hasil pemeriksaan Polisi di kamar korban ditemukan dua kaleng lem rajawali berukuran kecil, dan beberapa lembar plastik bekas pakai dan berhamburan dalam kamarnya.

Orang tua korban menolak dilakukan otopsi, sehingga pemeriksaan tidak dilakukan, kata Kasat Reksrim Iptu Arman.

(ANT)

Melanggar Perda, dua wisma PSK di Surabaya disegel

Melanggar Perda, dua wisma PSK di Surabaya disegel

Reporter: Moch. Andriansyah

Karena melanggar kesepakatan, dua wisma di Jalan Dupak Bangunsari IV yakni Wisma Nusa Dua dan Gembira dibekukan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (24/8) sore.
Tak hanya itu, dua wisma ini juga diduga telah menerima Pekerja Seks Komersial (PSK) baru, usai Lebaran kemarin. Tak urung, tiga PSK-pun turut diamankan pihak Satpol PP dan Dinas Sosial Kota Surabaya yang dikawal aparat kepolisian dan TNI.
"Sesuai Perda No 7 tahun 1999, No 7 tahun 2009, No 2 tahun 2008 dan No 4 tahun 2010, dua wisma ini (Nusa Dua dan Gembira) terpaksa kami tutup sementara sampai proses lebih lanjut dari Pemerintah Kota Surabaya," terang Kasatpol PP, Irfan Widianto di lokasi.
Irfan juga menjelaskan, selain melanggar kesepakatan, dua wisma ini juga melanggar izin. Selain menutup wisma, Satpol PP juga menurunkan semua atribut wisma termasuk memasang stiker bertuliskan 'Tutup' pada pintu masuk wisma. "Sejak awal bulan Ramadan kemarin, semua tempat lokalisasi di Surabaya sudah komitmen untuk menutup tempat bisnisnya dan tidak akan menambah jumlah PSK-nya lagi usai lebaran."
Tapi nyatanya, lanjut dia, usai lebaran, dua wisma ini justru mengambil PSK baru. "Hal ini kami ketahui setelah kami lakukan penyisiran. Penyisiran ini terus kami lakukan enam kali selama satu bulan. Dan penyisiran yang kami lakukan usai Lebaran, ternyata kami menemukan dua wisma melakukan pelanggaran, jadi terpaksa kami beri tindakan tegas."
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya, Soepomo yang turut terjun ke lapangan mengatakan, terkait tiga PSK baru yang diamankan dari dua wisma esek-esek itu, pihaknya akan melakukan pembinaan dan akan mengembalikan mereka ke tempat asalnya jika sudah dipandang cukup. "Satu PSK kami amankan dari Wisma Gembira dan dua PSK dari Wisma Dua Nusa," katanya.
Tiga PSK yang diamankan itu adalah, dari Wisma Nusa Dua, ER asal Lumajang dan SW asal Probolinggo, serta SS asal Jombang diamankan dari Wisma Gmbira.
Terkait dengan kekhawatiran jika wisma esek-esek ini ditutup, bakal banyak PSK yang akan menjajakan diri di jalanan, Soepomo menerangkan kalau pihaknya dan Satpol PP Kota Surabaya akan terus melakukan penyisiran tanpa henti.
"Jika itu masih kami lihat, kami akan kembali mengamankan dan mengkarantina mereka di Liponsos untuk dilakukan pembinaan. Itu akan terus kami lakukan sampai Surabaya bersih dari bisnis prostitusi," pungkas dia.

[bal]

2000 pelacur semarang mengidap HIV/Aids

Semarang - Lembaga pendamping pekerja seks komersial di Semarang, Griya ASA PKBI, memastikan jumlah pekerja seks yang terindikasi mengidap HIV/AIDS di kota itu hampir 2.000 orang. Mereka tersebar di beberapa lokalisasi, terutama di Sunan Kuning. Sejak pekan lalu, semua lokalisasi di Semarang kini sudah buka lagi.
“Kemarin, memang sempat tutup selama Ramadan dan Lebaran,” kata Ketua Resosialisasi Sunan Kuning, Semarang, Suwandi, pada Ahad, 26 Agustus 2012. Pekan ini, Suwandi mengaku akan melakukan pendataan ulang untuk memastikan jumlah penghuni lokalisasi. “Juga akan ada pemeriksaan kesehatan,” katanya.
Registrasi ulang dilakukan karena biasanya jumlah pelacur akan meningkat setelah Lebaran. “Biasanya, ada saja yang mengajak teman, tetangga, untuk bekerja di sini,” kata Suwandi.
Koordinator Griya ASA, Ari Istiadi, menepis kekhawatiran kalau ribuan pelacur di Semarang menyebarkan virus HIV/AIDS selama mudik Lebaran kemarin. “Mereka punya etika,” katanya. Para pekerja seks komersial ini, kata Ari, juga cenderung merahasiakan pekerjaan mereka di kampung halaman. “Tidak mungkin kalau mereka buka praktek dan menerima tamu di kampung mereka masing-masing,” katanya.
Griya ASA memiliki sekretariat sendiri di Sunan Kuning, untuk menjalankan berbagai program penyuluhan kesehatan dan pendampingan. Menurut Ari, para pekerja seks komersial di Semarang sudah makin sadar akan pentingnya kesehatan.
ROFIUDDIN