BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pekerja seks Komersial(psk) merupakan salah satu fenomena sosial dalam masyarakat yang sangat kompleks, baik dari segi sebab, proses maupun implikasi soasial yang ditimbulkannya. Pekerja seks Komersial(psk) dengan berbagai versinya merupakan bisnis yang abadi sepanjang zaman. Oleh karena itu pekerja seks Komersial(psk) memerlukan penanganan komprehensif dari berbagai pihak. Prostitusi atau pekerja seks Komersial(psk) sebagai salah satu penyakit masyarakat mempunyai sejarah yang panjang (sejak adanya kehidupan manusia telah diatur oleh norma-norma perkawinan, sudah ada pekerja seks Komersial(psk) sebagai salah satu penyimpangan dari pada norma-norma perkawinan tersebut) dan tidak ada habis-habisnya yang terdapat di semua negara di dunia. Walaupun prostitusi sudah ada sejak dulu, namun masalah prostitusi yang dulu dianggap tabu atau tidak biasa. Namun masa jaman sekarang prostitusi oleh masyarakat Indonesia dianggap menjadi sesuatu yang biasa. Prostitusi atau pekerja seks Komersial(psk) adalah penjualan jasa seksual untuk uang. Seseorang yang menjual jasa seksual disebut pelacur, yang kini sering disebut dengan istilah pekerja seks komersial (PSK).
Permasalahan lebih menjadi kompleks saat pekerja seks Komersial(psk) dianggap sebagai komoditas ekonomi (walaupun dilarang UU) yang dapat mendatangkan keuntungan finansial yang sangat menggiurkan bagi para pebisnis. Pekerja seks Komersial(psk) telah diubah dan berubah menjadi bagian dari bisnis yang dikembangkan terus-menerus sebagai komoditas ekonomi yang paling menguntungkan, mengingat pekerja seks Komersial(psk) merupakan komoditas yang tidak akan habis terpakai. Saat pekerja seks Komersial(psk) telah dianggap sebagai salah satu komoditas ekonomi (bisnis gelap) yang sangat menguntungkan. Untuk mengatasi permasalahan ini para pebisnis yang bergelut dalam bisnis pekerja seks Komersial(psk) cenderung mengambil jalan pintas dengan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya itu. Mengingat pekerja seks Komersial(psk) ini merupakan bisnis gelap maka penyelesaian dan penanganan masalah ini semakin rumit, apalagi pekerja seks Komersial(psk) merupakan bisnis perdagangan tanpa adanya barang yang diperdagangkan dan dilakukan di tempat tertutup sehingga untuk membuktikan telah terjadinya hal tersebut sangat sulit. Tetapi sulit tidak sama dengan mustahil, untuk itu walaupun penanganan masalah pekerja seks Komersial(psk) ini sulit kita tetap harus berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun yang lebih parahnya lagi prostitusi kini sudah merebah dikalangan pelajar (remaja) Apalagi remaja sedang berada pada masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Mereka biasanya ingin mencoba-coba sesuatu. Mereka juga ingin dihargai di group nya (teman sebaya).
Gaya hidup dinilai menjadi salah satu faktor utama pendorong remaja terlibat prostitusi. Gaya hidup remaja sekarang dipengaruhi salah satunya oleh tayangan sinetron di televisi. Remaja digambarkan sebagai sosok modern dengan segala barang yang dimilikinya. Dengan terlibat prostitusi, para remaja itu sangat rentan terinfeksi penyakit menular seperti HIV dan AIDS. Bukan hanya factor gaya hidup yang mempengaruhi terjadinya prostitusi dikalangan pelajar (remaja). Prostitusi juga terjadi karena sebagian remaja tidak memahami mengapa terjadi kehamilan, menstruasi, dan hal lain yang terkait dengan seksualitas sehingga dengan mudah mereka tergabung dalam dunia prostitusi ini. Minimnya pengetahuan mengenai seks telah membuat para remaja tidak memiliki bekal dalam soal seksualitas. Untuk menanggulangi agar remaja tidak terlibat prostitusi, pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi di sekolah menengah sangat penting, pasalnya di negara indonesia berbicara seks masih dinilai tabu. Pendidikan seks lebih menekan pada kesehatan seksual atau reproduksi yang baik. Serta peran orang tua juga sangat penting. Orang tua harus mempunyai dan memebrikan informasi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Apalagi remaja yang mulai beranjak dewasa masih banyak memerlukan pengetahuan tentang seks yang memadai.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penyusunan paper ini, kami merumuskan masalah yang akan kami paparkan dalam pembahasan yaitu:
1. Pengertian Pekerja Seks Komersial(PSK)
2. Faktor Pendorong Timbulnya Pekerja Seks Komersial(PSK)
3. Akibat-Akibat dari Pekerja Seks Komersial(PSK)
4. Solusi Terhadap Adanya Pekerja Seks Komersial(PSK)
5. Pekerja Seks Komersial(PSK) Dari Beberapa Sudut Pandang Ilmu
1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui definisi pekerja seks Komersial(PSK), faktor pendorong adanya PSK, akibat dari PSK dan solusi untuk mengatasi PSK.
2. Dapat mengetahuhi Pekerja Seks Komersial(PSK) dari berbagai sudut pandang ilmu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pekerja Seks Komersial(PSK)
pekerja seks Komersial(psk) adalah profesi yang menjual jasa untuk memuaskan kebutuhan seksual pelanggan. Biasanya pelayanan ini dalam bentuk menyewakan tubuhnya. Di kalangan masyarakat Indonesia, pekerja seks Komersial(psk) dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat, namun ada pula pihak yang menganggap pekerja seks Komersial(psk) sebagai sesuatu yang buruk, malah jahat, tapi dibutuhkan (evil necessity). Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa kehadiran pekerja seks Komersial(psk) bisa menyalurkan nafsu seksual pihak yang membutuhkannya (biasanya kaum laki-laki); tanpa penyaluran itu, dikhawatirkan para pelanggannya justru akan menyerang dan memperkosa perempuan mana saja. Hampir di setiap media massa baik koran, majalah, dan televisi memberikan gambaran yang nyata tentang kehidupan masyarakat khususnya tentang pekerja seks Komersial(psk) atau prostitusi dengan segala permasalahannya. Berbagai tindakan dan langkah-langkah strategis telah diambil pemerintah dalam menangani masalah ini, baik dengan melakukan tindakan persuatif melalui lembaga-lembaga sosial sampai menggunakan tindakan represif berupa penindakan bagi mereka yang bergelut dalam bidang pekerja seks Komersial(psk) tersebut. Tetapi kenyataan yang dihadapi adalah pekerja seks Komersial(psk) tidak dapat dihilangkan melainkan memiliki kecenderungan untuk semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Menurut teori definisi pelacuran yang dikemukakan oleh para ahli maupun Peraturan Pemerintah yaitu:
1. Prof. W.A. Bonger dalam tulisannya Maatschappelijke Oorzaken der aparostitutie: Prostitusi ialah gejala kemasyarakatan dimana wanita menjual diri melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata pencarian.
2. Sarjana P.J. de Bruine van Amstel: ”Prostitusi adalah penyerahan diri dari wanita kepada banyak laki-laki dengan pembayaran.”
3. G.May dalam bukunya Encyclopedia of Social Science: ”Prosa’tua’on defined as sexual intercourse characterized by barter, promiscuity and emotional indifference (prostitusi menekankan adanya barter, promiskuitas, dan ketidakacuhan emosi).”
4. PP DKI Jakarta Raya tahun 1967 mengenai penanggulangan masalah pelacuran, menyatakan sebagai berikut “Wanita tuna susila adalah wanita yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan kelamin di luar perkawinan, baik dengan imbalan jasa maupun tidak.”
2.2 Faktor penyebab Pekerja Seks Komersial (PSK)
Terjadi perubahan yang serba cepat dan perkembangan yang tidak sama dalam kehidupan mengakibatkan ketidakmampuan banyak individu untuk menyesuaikan diri sehingga timbul disharmoni, konflik-konflik internal maupun eksternal, juga disorganisasi dalam masyarakat dan dalam diri pribadi manusia.
Peristiwa-peristiwa tersebut memudahkan individu menggunakan pola reaksi yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Dalam hal ini adalah pelacuran (PSK). Adapun beberapa factor pendorong timbulnya pelacuran (PSK) antara lain:
a. Faktor internal
Faktor internal adalah yang datang dari individu wanita itu sendiri, yaitu yang berkenaan dengan hasrat, rasa frustasi, kualitas konsep diri, dan sebagainya. Tidak sedikit dari para pelacur ini merupakan korban perkosaan, sehingga mereka berpikir bahwa mereka sudah kotor dan profesi sebagai pelacur merupakan satu-satunya yang pantas bagi mereka. Karena kehidupan kelam yang mereka alami dulu membuat hati dan moral mereka terpuruk.
b. Faktor eksternal Faktor eksternal adalah sebab yang datang bukan secara langsung dari individu wanita itu sendiri, melainkan karena ada faktor luar yang mempengaruhinya untuk melakukan hal yang demikian. Faktor eksternal ini bisa berbentuk desakan kondisi ekonomi, pengaruh lingkungan, kegagalan kehidupan keluarga, kegagalan percintaan dan sebagainya . Selain faktor internal dan eksternal ada beberapa peristiwa sosial penyebab timbulnya pelacuran, antara lain:
- tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran. Juga tidak ada larangan terhadap orang-orang yang melakukan relasi seks sebelum atau diluar pernikahan. Hal ini semakin memperbanyak jumlah pelacur, karena tidak adanya sanksi yang tegas yang perlu mereka takuti.
- merosotnya norma-norma susila dan keagamaan. Masyarakat sekarang sudah bersifat acuh tak acuh dan cenderung cuek sehingga mereka hanya mengurusi kehidupan pribadi tanpa memperdulikan norma-norma susila dan keagamaan dalam masyarakat.
- bertemunya macam-macam kebudayaan asing dan kebudayaan-kebudayaan setempat. Hal ini tidak terlepas dari asimilasi kebudayaan, dimana kebudayaan Barat membuat norma-norma susila dan keagamaan semakin merosot.
c. Faktor Ekonomi. Kebutuhan yang semakin lama semakin mendesak bisa saja seseorang me-lakukan suatu perbuatan yang nekat, oleh sebab itu seseorang menjadi pelacur itu dikarenakan oleh adanya tekanan ekonomi, yaitu kemiskinan yang dirasakan terus menerus dan adanya kesenjangan penumpukan kekayaan pada golongan atas dan terjadinya kemelaratan pada golongan bawah bagi pengusaha rumah pelacuran mencari-cari wanita-wanita pelacur dari kelas melarat karena kebanyakan wanita tuna susila kebanyakan berasal dari keluarga miskin dengan pendidikan rendah.
d. Faktor Sosiologis Dengan terjadinya perubahan dan perkembangan sosial-budaya yang cepat mengakibatkan ketidakmampuan banyak individu untuk menyesuaikan diri. Misal, bertemunya bermacam-macam kebudayaan asing dan kebudayaan setempat meng-akibatkan terjadi perubahan-perubahan kehidupan yang cepat sehingga masyarakat menjadi labil, banyak konflik budaya, kurang adanya kompromi mengenai norma-norma kesusilaan antar anggota masyarakat. Dengan kelemahan norma, motivasi jahat, adanya kesempatan, dan lingkungan sosial yang hiterogen dapat dijadikan alasan orang untuk menjadi pelacur. Mereka tidak peduli pada reaksi sosial yang dapat berupa kekaguman, pujian, hormat pesona, simpati, sikap acuh tak acuh, cemburu, iri hati, ketakutan penolakan, kemurkaan, hukuman, kebencian, kemarah-an, dan tindakan-tindakan konkrit lainnya.
e. Faktor Psikologis
Faktor psikkologis memainkan peranan penting yang menyebabkan seorang wanita melacurkan diri. Kegagalan-kegagalan dalam hidup individu karena tidak terpuaskan dengan kebutuhan baik biologis maupun sosial dapat menimbulan efek psikologis sehingga mengakibatkan situasi krisis pada diri individu tersebut. Dalam keadaan krisis ini akan memudahkan timbul konflik batin, yang sadar atau tidak sadar mereka akan mencari jalan keluar dari kesulitan-kesulitan. Dalam keadaan demikian, orang akan mudah terpengaruh ke jalan yang sesat apabila orang itu dalam keadaan jiwa yang labil. Berbagai faktor internal psikologis yang dapat menjadi penyebab wanita menjadi pelacur, antara lain moralitas yang rendah dan kurang berkembang (misalnya kurang dapat membedakan baik buruk, benar salah, boleh tidak), kepribadian yang lemah dan mudah terpengaruh, dan kebanyakan para pelacur memiliki tingkat kecerdasan yang rendah.
Sedangkan Faktor-faktor pendukung perilaku seks pada remaja antara lain:
1. Tekanan yang datang dari teman pergaulannya
Lingkungan pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga
berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks. Bagi remaja tersebut tekanan dari teman-teman nya itu dirasakan lebih kuat dari pada yang didapat dari pacarnya sendiri.
2. Adanya tekanan dari pacar
Karena kebutuhan seorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang akan dihadapinya.Dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual, melainkan juga sikap memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih membutuhkan suatu hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri selayaknya orang dewasa.
3. Adanya kebutuhan badaniah
Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Jadi wajar jika semua orang tidak terkecuali remaja, menginginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan dengan resiko yang dihadapinya.
4. Rasa penasaran
Pada usia remaja, keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi jika teman-temannya mengatakan bahwa terasa nikmat, ditambah lagi adanya infomasi yang tidak terbatas masuknya, maka rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan apa yang diharapkan.
5. Pelampiasan diri
Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan merasa putus asa dan mencari pelampiasan yang akan menjerumuskannya dalam pergaulan bebas.
2.3 Faktor PSK Tidak Mau Berhenti Beroperasi
Sungguh ironis dan miris melihat perkembangang PSK di Indonesia yang tiap hari berkembang dengan sangat pesatnya, sampai pemerintah pun tidak bisa menanggulangi ini. Tapi disamping ini ada oknum-oknum yang menikmati semua ini. Berikut ini beberapa Faktor PSK Tidak Mau Berhenti Beroperasi :
1. PSK tidak mau berhenti dari profesinya karena penghasilannya yang luar biasa , hanya saja caranya yang salah
2. PSK tidak mau berhenti dari pekerjaannya, karena mereka berfikir sudah tanggung jauh mereka menjalani profesi di lembah hitam ini,
3. Sebagian PSK tidak mempunyai keluarga dan dibuang di dari keluarganya, dan hidupnya menjadi stress dan untuk menghilangkan stressnya mereka bekerjamenjadi PSK
4. Memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga yang kurang, hal seperti ini untuk menutupi kebutuhan keluarganya yang kurang, untuk membayar hutang, dll,
5. Menutupi biaya gaya hidup, gengsi yang tinggi di jaman modern ini yang membuat PSK tidak bisa berhenti dari kerjaannya, gaya hidup yang glamour membuat mereka harus tetap bertahan.
6. Hubungan seks yang sering, sama seperti menggunakan narkoba dalam jumlah banyak, yang membuat si pelakunya sakau bahkan mati karena overdosis, dan seks pun demikian, banyak contohnya seks menstimulasi dopamin di otak secara berlebih
2.4 Akibat-Akibat dari Pekerja Seks Komersial(PSK)
Dampak yang ditimbulkan bila seseorang bekerja sebagai PSK (pekerja seks komersial) terutama dikalangan remaja:
1. Keluarga dan masyarakat tidak dapat lagi memandang nilainya sebagai seorang perempuan.
2. Stabilitas sosial pada dirinya akan terhambat, karena masyarakat hanya akan selalu mencemooh dirinya.
3. Memberikan citra buruk bagi keluarga.
4. Mempermudah penyebaran penyakit menular seksual, seperti penykit kelamin, sifilis, hepatitis B, HIV/AIDS.
5. pelacuran dapat juga mengakibatkan eksploitasi manusia oleh manusia yang lain, karena umumnya PSK (pekerja seks komersial) itu hanya menerima upah sebagian kecil saja dari pendapatan yang harus diterimanya. Sebagian besar pendapatannya harus diberikan para calo.
2.5 Solusi Terhadap Adanya Pekerja Seks Komersial(PSK)
Usaha-usaha untuk memberantas dan menanggulangi pekerja seks komersial (PSK) dapat dilakukan secara preventif dan represif. Usaha preventif adalah usaha untuk mencegah jangan sampai terjadi pelacuran, sedang usaha represif adalah usaha untuk menyembuhkan para wanita tuna susila dari ketunasusilaanya untuk kemudian dibawa ke jalan yang benar agar menyadari perbuatan yang mereka lakukan itu adalah dilarang oleh norma agama. Adapun usaha-usaha yang bersifat preventif untuk menanggulangi dan mengatasi pekerja seks komersial (PSK) dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
1. Intensifikasi pemberian pendidikan keagamaan dan kerohaniaan.
2. Menciptakan bermacam-macam kesibukan dan kesempatan rekreasi bagi anak-anak usia puber untuk menyalurkan kelebihan energinya dalam aktivitas positif.
3. Memperluas lapangan kerja bagi kaum wanita.
4. Penyelenggaraan pendidikan seks dan pemahaman nilai perkawinan dalam kehidupan rumah tangga.
5. Pembentukan badan atau tim koordinasi dari semua unsur lembaga terkait dalam usaha penanggulangan pelacuran.
6. Memberikan bimbingan dan penyuluhan sosial dengan tujuan memberikan pe-mahaman tentang bahaya dan akibat pekerja seks komersial (PSK).
Sementara itu, usaha-usaha yang bersifat represif untuk menanggulangi atau mengurangi PSK dalam masyarakat dapat dilakukan berbagai hal, antara lain (Kartini Kartono, 1998):
1. Melalui lokasilisasi yang sering ditafsirkan sebagai legalisasi, orang melaku-kan pengawasan atau kontrol yang ketat demi menjamin kesehatan dan ke-amanan para pealacur dan para penikmatnya.
2. Melakukan aktivitas rehabilitasi dan resosialisasi para pelacur agar bisa dikembalikan sebagai warga masyarakat yang susila.
3. Penyempurnaan tempat penampungan bagi para wanita tuna susila yang ter-kena razia disertai pembinaan sesuai minat dan bakat masing-masing.
4. Menyediakan lapangan kerja baru bagi mereka yang bersedia meninggalkan profesi pelacuran dan mau mulai hidup baru.
5. Mengadakan pendekatan terhadap keluarga para pelacur dan masyarakat asal mereka agar keluarga mau menerima kembali mantan wanita tuna susila itu guna mengawali hidup baru.
6. Melaksanakan pengecekan (razia) ke tempat-tempat yang digunakan untuk perbuatan mesum (bordil liar) dengan tindak lanjut untuk dilakukan penutupan.
2.6 Pekerja Seks Komersial (PSK) dari berbagai ilmu
2.6.1 Dari Sudut Pandang Ilmu Sosiologi
Menurut para ahli sosiologi, munculnya perilaku menyimpang pada teori ini, didasarkan dengan adanya ketidakmampuan masyarakat untuk menghayati norma dan nilai yang dominan.
Lingkungan komunitas yang rawan dan kondusif bagi tumbuhnya perilaku menyimpang adalah sebagai berikut:
a). Jumlah penduduk yang berdesak-desakan dan padat.
b). Penghuni berstatus ekonomi rendah.
c). Kondisi perkampungan yang sangat buruk.
d). Banyak terjadi disorganisasi familiar dan sosial yang bertingkat tinggi.Pekerja Seks Komersial(PSK) dari Sudut Pandang Ilmu Sosiologi, mereka dipandang rendah oleh masyarakat sekitar, di cemooh, dihina di usir dari tempat tinggalnya, dan lain-lain sebagainya. Merka seakan-akan sebagai makhluk yang tidak bermoral dan meresahkan warga sekitar serta mencemarkan nama baik daerah tempat berasal mereka.
Lingkungan komunitas yang rawan dan kondusif bagi tumbuhnya perilaku menyimpang adalah sebagai berikut:
a). Jumlah penduduk yang berdesak-desakan dan padat.
b). Penghuni berstatus ekonomi rendah.
c). Kondisi perkampungan yang sangat buruk.
d). Banyak terjadi disorganisasi familiar dan sosial yang bertingkat tinggi.Pekerja Seks Komersial(PSK) dari Sudut Pandang Ilmu Sosiologi, mereka dipandang rendah oleh masyarakat sekitar, di cemooh, dihina di usir dari tempat tinggalnya, dan lain-lain sebagainya. Merka seakan-akan sebagai makhluk yang tidak bermoral dan meresahkan warga sekitar serta mencemarkan nama baik daerah tempat berasal mereka.
2.6.2 Dari Sudut Pandang Agama Islam
Dalam agama Islam praktek pelacuran dilarang keras karena merupakan perbuatan keji, baiksecara terang-terangan maupun tersembunyi. Para pelaku pelacuran selain mendapat hukumanyang berat secara fisik juga mendapat hukuman moril dari masyarakat di lingkungan sekitar.Dalam Al-Qur'an Surat Al Isra’ ayat 32 disebutkan:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yangkeji, dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S. Al Isra’: 32)
Praktek pelacuran merupakan suatu bentuk kemaksiatan yang berpengaruh merusak masyarakat. Dampaknya tidak hanya pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak danremaja. Faktor-faktor di atas muncul karena kompleksnya permasalahan hidup manusia,sehingga melupakan norma-norma susila, faktor tersebut berupa lemahnya pemahaman nilai dannorma-norma agama atau dengan kata lain kesadaran keberagamaannya kurang.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Seseorang menjadi PSK adalah alasan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya, tingkat pendidikan PSK sangat rendah, sebagian besar tamatan sekolah dasar (SD) dan beberapa tidak mengenyam pendidikan dasar sama sekali, pendidikan rendah dan minimnya keahlian dan sempitnya lapangan pekerjaan membuat wanita nekad untuk bekerja sebagai PSK yang rendah.
Respon masyarakat sekitar terhadap lokalisasi prostitusi, beragam ada yang setuju karena keberadaan lokalisasi prostitusi dapat memberikan tambahan penghasilan utama bagi pedagang dan pihak yang menyewa rumah nya untuk praktek prostitusi, sedangkan masyarakat yang tidak setuju adanya praktek prostitusi lebih banyak memberikan dampak buruk keresahan karena banyak di jumpai pelanggan dan PSK selain terjadinya perzinahan dan menimbukan suara bising akibat kendaraan maupun musik yang di putar terlalu keras.
Usaha-usaha untuk memberantas dan menanggulangi pekerja seks komersial (PSK) dapat dilakukan secara preventif dan represif. Pekerja Seks Komersial(PSK) dari Sudut Pandang Ilmu Sosiologi dan Pendidikan. Dilihat dari segi sosiologinya, mereka dipandang rendah oleh masyarakat sekitar, di cemooh, dihina di usir dari tempat tinggalnya, dan lain-lain sebagainya. Merka seakan-akan sebagai makhluk yang tidak bermoral dan meresahkan warga sekitar serta mencemarkan nama baik daerah tempat berasal mereka. Dilihat dariaspek pendidikan, prostitusi merupakan kegiatan yang demoralisasi.